KARENA SAKIT

Karena sakit, kabarku menjadi tidak baik. Ingin hidup seperti mereka, sehat dan bisa pergi keluar kota saat menjelang libur panjang akhir pekan. Pesta libur dengan kekasih dan sahabat.

Disini hanya bisa berbaring sambil meratapi berita jauh, tentang perang, anak-anak menjadi sendiri, tentang kisah cinta yang sebenarnya tak pernah sampai.
Karena dunia hanya kamar dan kasur yang lembab.

Didunia lain terlihat anak-anak yang juga sakit, tapi mereka baik-baik saja. Mulai seragam sekolah selalu berganti baru, meja belajar lengkap dengan laptop di terangi lampu neon merk terkenal penuh cahaya. Dunianya gemerlap membuat aku benar-benar sakit.

Beberapa kali terlihat ceritanya penuh keluh kesah, bahwa anak-anak lebih baik dari pada orang dewasa. Karena orang dewasa bisa berbuat apa saja sesuai kehendak.
Boleh menghukum, bisa bercinta, menyampaikan deritaku yang sebenarnya tidak mereka pahami, menjadikan aku seperti seorang penyair dengan sajak-sajak yang bertele-tele, tak lebih berita koran hari ini.

Karena sakit tak satupun ada yang mengenalku, tak satupun menjenguk menitipkan sekeranjang buah atau seikat kembang. Bahkan tak satupun kata-kata “semoga cepat sembuh” terdengar.
Para istri, kekasih juga sahabat sekantor cukup waktu berkelana di dunia maya. Ada yang bermain blog, friendster, facebook atau berjam-jam sekedar menyampaikan kesal dan curhatnya melalui cathing . Tak jarang tersasar dengan arah pembicaraan yang sesekali mebuat aku cemburu.
Ketakutanku bukan kehilangan istri, pacar bahkan sahabat. Tapi dunianya telah menelantarkan aku sebagai orang yang sakit. Dan jam-jam mereka tak peduli jika kehilanganku.

Tak secuilpun maksud tanpa kemauan untuk sembuh dan sehat, tapi sakit datang dari arah hujan atas kemarau yang cukup panjang.